Sabtu, 03 September 2016

Makalah DISINTEGRASI BANGSA YANG BERHUBUNGAN DENGAN IDEOLOGI



MAKALAH
DISINTEGRASI BANGSA YANG BERHUBUNGAN DENGAN IDEOLOGI PADA PEMBERONTAKAN PKI MADIUN DAN PEMBERONTAKAN G 30 S/PKI





KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah, karena atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Sejarah Indonesia  Mengenai “Pemberontakan PKI Madiun dan pemberontakan G30SPKI”.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah meluangkan waktunya untuk membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, tentu masih terdapat beberapa kesalahan dan masih jauh dari yang diharapkan. Maka dari itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar kedepannya dapat mencapai kesempurnaan.
Akhir kata, semoga Makalah ini dapat digunakan dan dimanfaatkan bagi kita semua. Amin.











Bengkulu, 11 Agustus  2016


                                                                                              Penulis


DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
1.1  Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2  Rumusan masalah.................................................................................................................2
1.3  Tujuan...................................................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................3
A.    Pembahasan.........................................................................................................................3
2.1 Gerakan 30 September 1965.........................................................................................3
2.1.1   Latar Belakang ...................................................................................................3
2.1.2   Usaha – Usaha Yang Di Lakukan PKI Untuk Memperluas Pengaruhnya..........4
2.1.3   Bentuk-Bentuk Yang Dilakukan PKI” Pada Tanggal 30 September 1965.......5
2.1.4   Operasi Penumpasan G 30 S/PKI........................................................................5
2.1.5   Dampak Gerakan 30 September 1965.................................................................6
2.2 Pemberontakan PKI Madiun........................................................................................7
2.2.1  Latar Belakang Pemberontakan Pki Madiun 1948...............................................7
2.2.2  Upaya Bangsa Indonesia Menumpas Pki Madiun................................................7
2.2.3  Puncak Pemberontakan Pki Madiun 1948............................................................7
2.2.4  Fakta Sejarah Pki Madiun....................................................................................8
2.2.5  Korban Pki Madiun 1948...................................................................................10
2.3 Upaya Pencegahan Disentegrasi Bangsa....................................................................12
BAB 3.......................................................................................................................................13
B.     Penutup.........................................................................................................................13
3.1  Kesimpulan............................................................................................................13
3.2  Saran......................................................................................................................13
Daftar Pustaka........................................................................................................................14






BAB 1
PEMBUKAAN

1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik. Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.
Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan. Apabila kondisi ini tidak dikelola dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa. Permasalahan ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi permasalahan yang berkepanjangan.
Kekhawatiran tentang perpecahan (disentegrasi) bangsa di tanah air yang dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang tengah berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala hal yang terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partai-partai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka yang dengan sendirinya makin menambah permasalahan, manakala diwarnai terjadinya konflik dan benturan antar etnik dengan segala permasalahannya.
Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan yang tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih, sehingga daerah tersebut mampu menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi. Contoh-contoh dari permasalahan disentegrasi salah satu-nya yakni pemberontakan PKI di Madiun dan pemberontakan gerakan 30 september PKI pada tahun 1965.
Pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya Kabinet AMIR Syarifuddin tahun 1948, yaitu tertanda-tanganinya perundingan Renville yang merugikan Indonesia sehingga Amir Syarifuddin turun dari Kabinetnya dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Sejak saat itu ia merasa kecewa kemudian ia membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) tanggal 28 Juni 1948. FDR ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, PKI, SOBSI. Pada tanggal 11 Agustus 1948, Muso tiba dari Moskow. Semenjak kedatangan Muso bersatulah kekuatan PKI dan FDR, dibawah pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin gerakan PKI ini memuncak pada tanggal 18 September 1948.
G 30 S PKI (Gerakan 30 September PKI) adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September sampai 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta yang dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan disentegrasi yang berhubungan dengan ideologi?
2.      Mengapa bisa terjadinya disentegrasi?
3.      Apa penyebab terjadinya pemberontakan PKI di Madiun?
4.      Bagaimana penuntasan pemberontakan PKI di madiun?
5.      Apa penyebab terjadinya pemberontakan gerakan 30 september 1965?
6.      Bagaimana penuntasan pemberontakan G 30 S 1965?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan disentegrasi, penyebab terjadinya disentegrasi, penyebab terjadinya pemberontakan PKI di Madiun dan Gerakan 30 september 1965 serta penutasannya.

















BAB 2
PEMBAHASAN
Disintegrasi adalah keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya keutuhan atau persatuan serta menyebabkan perpecahan. Sedangkan Disintegrasi Bangsa yaitu perpecahan atau hilangnya persatuan suatu bangsa yang mengakibatkan perpecahan. Secara umum pernyebab disintegrasi bangsa adalah karena rasa tidak puas dan ketidakadilan masyarakat terhadap pemerintahan yang mengakibatkan pemborantakan atau separatisme. Walaupun begitu banyak faktor lain yang menyebabkan disintegrasi suatu bangsa seperti timbulnya perpecahan antar, suku dan agama, konflik berkepanjangan, ketidakpercayaan, perang saudara pergolakan daerah, kriminalitas, aksi protes dan demonstrasi, prostitusi, kenakalan remaja.
Ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila, akan tetapi semakin kesini paham akan idelogi semakin memudar dan akibatnya masyarakat mudah dipengaruhi kelompok - kelompok tertentu demi kepentingan mereka pribadi.
Disintegrasi bangsa yang diakibatkan oleh perpecahan ideologi merupakan hal substansial yang harus dicegah dan dihilangkan dari persatuan dan kesatuan NKRI. Berikut adalah penjelasana tentang disintegrasi bangsa dari dasar ideologi pada pemberontakan G30S/PKI dan pemberontakan PKI Madiun
2.1 GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965
2.1.1   LATAR BELAKANG
 Partai Komunis Indonesia sudah dua kali melakukan usaha kudeta / perebutan kekuasaan. Usaha  yang pertama pada tahun 1948 mengalami kegagalan karena PKI terlalu terburu – buru untuk melakukan kudeta padahal persiapannya belum matang.Sehingga pemerintah melalui TNI dapat dengan mudah menumpasgerakan PKI Madiun.  Selama kurun waktu 1948 – 1965 PKI berusaha menyusun kekuatan kembali untuk melakukan kudeta. Selama ±17 tahun, PKI berusaha keras menyusun kekuatan untuk mewujudkan tujuan dan ambisi gerakan mereka.Mereka melakukan berbagai usaha agar tujuannya tercapai. Namun, PKI tidak mau gegabah sehingga dalam melakukan berbagai usaha, mereka memakai cara dan taktik yang lebih bersifat damai.
 Faktor – factor yang mendorong PKI untuk melakukan pemberontakan tahun 1965 :
a.       PKI ingin mendirikan negara sendiri berdasarkan asas komunis
PKI ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis. Paham yang ingin mengangkat derajat rakyat kecil         ( kaum buruh & tani  ), dengan pinsip sama rata- sama rasa . Dalam paham ini, tidak dikenal adanya Tuhan, mereka tidak mengakui adanya ke-Esa-an  dan keberadaan Tuhan. PKI berpendapat bahwa paham mereka lebih baik dan lebih pantas digunakan untuk memimpin negara Indonesia.


b.      PKI ingin melakukan perebutan kekuasaan Presiden Soekarno ( kudeta )
Setelah berhasil mendekati dan mempengaruhi Presiden Soekarno, PKI ingin segera mengambil alih kepemimpinan dengan melakukan kudeta. Selain itu, PKI juga melihat kesehatan Presiden Soekarno yang terus memburuk sehingga tidak lagi bisa dimanfaatkan.
2.1.2 USAHA – USAHA YANG DI LAKUKAN PKI UNTUK MEMPERLUAS PENGARUHNYA
a)      Mengadakan perekrutan anggota
Untuk mewujudkan cita – citanya, PKI melakukan usaha perekrutan anggota, karena basis kaum tani dan buruh masih lemah mereka bekerja sama dengan kaum borjuis. Dari tahun ke tahun, jumlah anggota PKI mengalami perkembangan pesat. Pada tahun 1965, yang terdaftar menjadi anggota partai tercatat 3,5 juta. Jumlah ini akan meningkat jika ditambah dari organisasi yang berafiliasi dengan PKI menjadi 20 juta. PKI menjadi partai komunis terbesar di luar negara – negara komunis
b)      Pada akhir tahun 1963, PKI melancarkan  “ aksi sepihak “
PKI beserta para pendukungnya mengambil alih tanah penduduk dan tanah perkebunan milik pemerintah, kemudian membuka lahan pertanian atau pemukiman di atas tanah yang diduduki. Proses pengambilalihan tanah ini di lakukan dengan jalan kekerasan dan pemaksaan.
c)      Indoktrinasi melalui Lembaga Kebudayaan Rakyat ( LEKRA )
 Lekra merupakan sat organisasi pendukung PKI yang bergerak dalam bidang kebudayaan. Melalui lembaga ini, PKI berusaha menyebarkan paham komunis. Lekra menyerang dan memusuhi Manikebu yang merupakan wadah kelompok budayawan karena dianggap antirevolusioner dan berbau liberalism serta dibiyai oleh CIA. PKI menyerang Manikebu ( Manifestasi kebudayaan ) karena lembaga ini menentang adanya dominasi ideology tertentu dalam kegiatan seni dan intelektual. Karena tuduhan yang dilancarkan PKI, manikebu dibubarkan juga oleh Presiden Soekarno dan di larang berorganisasi.
d)     Menyusup dalam tubuh ABRI, AL, dan Kepolisian
PKI juga mempengaruhi beberapa orang perwira dalam tubuh ABRI, TNI AL, dan Kepolisian Negara, sehingga muncul sikap saling curiga diantara anggota dan angkatan tersebut.
Dalam tubuh ABRI, PKI membentuk polibiro untuk menentukan dan melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan ABRI. PKI merekrut anggota ABRI yang bersimpati dengan PKI Madiun, anggota yang kecewa dan sakit hati dan anggota ABRI yang masih muda.
e)      Menyebarkan isu tentang kesehatan Presiden Soekarno
PKI sangat tergantung pada Presiden Soekarno, sehingga ketika mendengar kabar bahwa Presiden Soekarno sakit keras dan bahkan bisa lumpuh dan meninggal segera dimanfaatkan oleh PKI. PKI menyebarkan berita ini sebagai alasan mempercepat kudeta sebelum kematian Presiden Soekarno. PKI langsung menyusun kekuatan fisik bersenjata dengan mengadakan latihan militer Pemuda Rakyat dan Gerwani
2.1.3  BENTUK-BENTUK YANG DILAKUKAN PKI PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER 1965
a.       Mengadakan rapat Koordinasi terakhir pada Kamis, 30 September 1965
Isu tentang kesehatan Presiden Soekarno membuat PKI ingin segera mewujudkan rencana kudeta. Rapat koordinasi Dewan Militer Polit biro PKI yang dihadiri pimpinan tertinggi PKI, DN. Aidit memutuskan untuk segera melancarkan gerakan operasi membabat semua musuh – musuh revolusi.Hari H dan jam yang telah ditentukan disepakati untuk memulai gerakan operasi.
b.      Menculik sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat (  AD )
PKI melakukan penculikan terhadap para perwiratinggi AD yang mereka yakini akan melakukan tindakan makar terhadap Presiden Soekano secara serentak pada 1 Oktober 1965 dini hari. Operasi ini dipimpin oleh Letkol Untung dengan pasukan Cakrabirawa ( sekarang PasPamPres), para pemuda Rakyat dan Gerwani. Target penculikan mereka adalah Jenderal A.H. Nasution, Letjen Achmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman, Mayjen M.T. Haryono, Brigjen Sutoyo S, Brigjen D.I. Panjaitan. PKI gagal menculik A. H. Nasution namun putrinya Ade Irma Suryani menjadi korban keganasan PKI.
c.       Menguasai Gedung RRI di Jalan Merdeka Barat, Jakarta
Setelah berhasil menculik dan menyiksa para jendral AD, PKI melakukan langkah selanjutnya. PKI menguasai gedung RRI dan menyiarkan berita bahwa mereka berhasil “mengamankan ibu kota Jakarta & menindak para dewan jenderal yang ingin melakukan kudeta terhadap kekuasaan Presiden Soekarno. PKI juga berhasil menguasai gedung telekomunikasi
d.      Menguasai Monas dan istana kepresidenan
Pada pagi 1 Oktober 1965, kawasan merdeka di sekitar Monas dan istana kepresidenan juga dijaga oleh pasukan – pasukan dari Kodam Diponegoro ( Yon 454 – bekas batalyon Untung) dan Brawijaya ( Yon 530 ) atas perintah pimpinan pemberontak.
e.       Gerakan 30 September di berbagai daerah
Selain di Jakarta, PKI juga melakukan gerakan di berbagai daerah seperti Yogyakarta, Klaten, Solo, Bandung, dll. Di Yogyakarta, PKI menculik dan membunuh Kolonel Katamso & Letkol Sugiyono. PKI juga melakukan terror bahkan pembunuhan terhadap kelompok non komunis terutama kaum agama & nasionalis.
2.1.4  OPERASI PENUMPASAN G 30 S/PKI
      Karena terjadi kekosongan pimpinan Angkatan Darat, Mayjen Soeharto merasa bertanggung jawab atas keamanan ibukota Jakarta dan Presiden Soekarno. Soeharto kemudian memimpin koordinasi dan operasi penumpasan G 30 S/PKI. Soeharto kemudian berhasil mengusai kembali RRI . Langkah selanjutnya mengepung Lubang Buaya dan mencari keberadaan para jenderal yang di culik. Soeharto juga berhasil  menyeret pelaku gerakan 30 september ke Mahmilub yang mengakibatkan mereka mendapatkan hukuman mati maupun mendekam penjara selama bertahun –tahun.
2.1.5 DAMPAK GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965
a.       Di bidang politik
 Terjadinya ketidakstabilan politik
 Terjadinya konflik horizontal ( antar penduduk ) yakni orang – orang anti komunis
     dengan anggota PKI
 Mulai merosotnya kewibawaan  Presiden Soekarno karena Presiden Soekano
    tidak mengutuk tindakan PKI dan tidak mengambil tindakan tegas terhadap PKI
b.      Di bidang ekonomi
  Kelangkaan bahan makanan
  Harga barang – barang melambung tinggi
  Inflasi mencapai 100 % setahun
  Harga bahan bakar naik
c.       Di bidang social
Dampak di bidang social berupa gerakan demonstrasi rakyat dan mahasiswa menuntut Presiden Soekarno menyelesaikan berbagai konflik dan mengambil tindakan tegas terhadap PKI.















2.2 PEMBERONTAKAN PKI MADIUN
2.2.1 LATAR BELAKANG PEMBERONTAKAN PKI MADIUN 1948

Pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya Kabinet AMIR Syarifuddin tahun 1948, yaitu tertanda-tanganinya perundingan Renville yang merugikan Indonesia sehingga Amir Syarifuddin turun dari Kabinetnya dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Sejak saat itu ia merasa kecewa kemudian ia membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) tanggal 28 Juni 1948. FDR ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, PKI, SOBSI. Pada tanggal 11 Agustus 1948, Muso tiba dari Moskow. Semenjak kedatangan Muso bersatulah kekuatan PKI dan FDR, dibawah pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin gerakan PKI ini memuncak pada tanggal 18 September 1948.

2.2.2 UPAYA BANGSA INDONESIA MENUMPAS PKI MADIUN

Presiden Soekarno dan Moh Hatta segera melancarkan operasi penumpasan dengan GOM (Gerakan Operasi Militer). Panglima Jendral Soedirman kemudian mengeluarkan perintah harian yang berisi menunjuk Kolonel Gatot Soebroto sebagai Gubernur Jateng dan Kolonel Sungkono Gubernur Militer Jatim diperintahkan untuk memimpin dan menggerakkan pasukan untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun dan sekitarnya. Pada tanggal 10 September 1948 keadaan di Madiun segera dapat dikendalikan oleh pemerintah Indonesia. Muso tewas di Ponorogo, Amir Syarifuddin tertangkap di Purwodadi.

           Pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948, yaitu tandatanganinya perundingan Renville, ternyata perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia. Maka Amir Syarifuddin turun dari kabinetnya dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948.

            Front Demokrasi Rakyat (FDR) ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Pada tanggal 11 Agustus 1948, Muso tiba dari Moskow. Semenjak kedatangan Muso bersatulah kekuatan PKI dan FDR dibawah pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin.

Kelompok ini seringkali melakukan aksi-aksinya antara lain : 


1. Melancarkan propaganda anti pemerintah. 
2. Mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi para buruh di perusahaan misalnya di pabrik karung di Delanggu Klaten. 
3. Melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya dalam bentrok senjata di Solo 2 Juli 1948, Komandan Divisi LIV yakni Kolonel Sutarto secara tiba-tiba terbunuh. Pada tanggal 13 September 1948 tokoh pejuang 1945 Dr. Moewardi diculik dan dibunuh. 


2.2.3 PUNCAK PEMBERONTAKAN PKI MADIUN 1948

Gerakan PKI ini mencapai pucaknya pada tanggal 18 September 1948. PKI dibawah pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin melancarkan pemberontakan yang dipusatkan di Madiun dan sekitarnya. Banyak pejabat pemerintah dan tokoh agama diculik dan dibunuh secara sadis. Mereka dibantai oleh orang-orang PKI di soco Gorang Gareng (Magetan) dan Kresek (Madiun). Muso-Amir Syarifuddin kemudian memproklamasikan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia. 
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ9ki9O0WDnMJgZPnRvCbPlOzwQXf-J8G-17RnmAhSlajKHWsiKl37majv9hEfq4gW3lAK58N-jQG-9I9WS-tJAx-UHrCg9Rcc1mypUWQ_SEdzR_VjiYvHEV809fFLIHFRLih8waOjW3o/s1600/muso.png
Susunan pemerintah Negara Republik Soviet Indonesia adalah :


Kepala Negara : Muso


Kepala Pemerintahan : Amir Syarifuddin.


Panglima Angkatan Perang : Kol. Joko Suyono.


Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun.


2.2.4 FAKTA SEJARAH PKI MADIUN
Berikut ini tulisan dari sejarawan bernama Agus Sunyoto yang mengungkapkan fakta sejarah bagaimana kebiadaban PKI dalam upaya melakukan makar dan pemberontakan, ribuan nyawa umat Islam Indonesia telah menjadi kurban, simbol-simbol Islam telah dihancurkan.
Kebiadaban PKI Madiun 1948 Terhadap Ulama NU
Tanggal 18 September 1948 pagi sebelum terbit fajar, sekitar 1500 orang pasukan FDR/PKI – 700 orang diantaranya dari Kesatuan Pesindo pimpinan Mayor Pandjang Djoko Prijono – bergerak ke pusat Kota Madiun. Kesatuan CPM, TNI, Polisi, aparat pemerintahan sipil terkejut ketika diserang mendadak. Terjadi perlawanan singkat di markas TNI, kantor CPM, kantor Polisi. Pasukan Pesindo bergerak cepat menguasai tempat-tempat strategis di Madiun. Saat fajar terbit, Madiun sudah jatuh ke tangan FDR/PKI. Sekitar 350 orang ditahan.

KEBERHASILAN FDR/PKI menguasai Madiun disusul terjadinya aksi penjarahan, penangkapan sewenang-wenang terhadap musuh PKI, menembak musuh PKI, kegemparan dan kepanikan pun pecah di kalangan penduduk, diiringi tindakan-tindakan bersifat fasisme yang berlangsung dengan mengerikan. Semua pimpinan Masyumi dan PNI ditangkap atau dibunuh. Orang-orang berpakaian Warok Ponorogo dengan senjata revolver dan kelewang menembak atau menyembelih orang-orang yang dianggap musuh PKI. Mayat-mayat bergelimpangan di sepanjang jalan. Bendera merah putih dirobek diganti bendera merah berlambang palu arit. Potret Soekarno diganti potret Moeso. Seorang wartawan Sin Po yang berada di Madiun, menuliskan detik-detik ketika PKI pamer kekejaman itu dalam reportase yang diberi judul: ‘Kekedjeman kaoem Communist; Golongan Masjoemi menderita paling heibat; Bangsa Tionghoa “ketjipratan” djoega.’
Pada detik, menit dan jam yang hampir sama, di Kota Magetan sekitar 1.000 orang pasukan FDR/PKI – 700 orang diantaranya dari Kesatuan Pesindo pimpinan Mayor Moersjid — bergerak cepat menyerbu Kabupaten, kantor Komando Distrik Militer (Kodim), Kantor Onder Distrik Militer (Koramil), Kantor Resort Polisi, rumah kepala pengadilan, dan kantor pemerintahan sipil di Magetan. Sama dengan penyerangan mendadak di Madiun, setelah menguasai Kota Magetan dan menawan Bupati, Patih, Sekretaris Kabupaten, Jaksa, Ketua Pengadilan, Kapolres, komandan Kodim, dan aparat Kabupaten Magetan, terjadi aksi penangkapan terhadap tokoh-tokoh Masyumi dan PNI di kampung-kampung, pesantren-pesantren, desa-desa, pabrik gula, diikuti penjarahan, penyiksaan, dan bahkan pembunuhan. Wartawan Gadis Rasid yang menyaksikan pembantaian massal di Gorang-gareng, Magetan, menulis reportase tentang kebiadaban FDR/PKI tersebut. Pembunuhan, perampokan dan penangkapan yang dilakukan FDR/PKI itu diberitakan surat kabar Merdeka 1 November 1948.
Meski tidak sama dengan aksi serangan di Madiun dan Magetan yang sukses mengambil alih pemerintahan, serangan mendadak yang sama pada pagi hari tanggal 18 September 1948 itu dilakukan oleh pasukan FDR/PKI di Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Ngawi, Purwodadi, Kudus, Pati, Blora, Rembang, Cepu. Sama dengan di Madiun dan Magetan, aksi serangan FDR/PKI meninggalkan jejak pembantaian massal terhadap musuh-musuh mereka. Antropolog Amerika, Robert Jay, yang ke Jawa Tengah tahun 1953 mencatat bagaimana PKI melenyapkan tidak hanya pejabat pemerintah, tapi juga penduduk, terutama ulama-ulama ortodoks, santri dan mereka yang dikenal karena kesalehannya kepada Islam: mereka itu ditembak, dibakar sampai mati, atau dicincang-cincang. Mesjid dan madrasah dibakar, bahkan ulama dan santri-santrinya dikunci di dalam madrasah, lalu madrasahnya dibakar. Tentu mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena ulama itu orang-orang tua yang sudah ubanan, orang-orang dan anak-anak laki-laki yang baik yang tidak melawan. Setelah itu, rumah-rumah pemeluk Islam dirampok dan dirusak.
Tindakan kejam FDR/PKI selama menjalankan aksi kudeta itu menyulut amarah Presiden Soekarno yang mengecam tindakan tersebut dalam pidato yang berisi seruan bagi “rakyat Indonesia untuk menentukan nasib sendiri dengan memilih: ikut Muso dengan PKI-nya yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesia merdeka-atau ikut Soekarno-Hatta, yang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia ke Indonesia yang merdeka, tidak dijajah oleh negara apa pun juga. Presiden Soekarno menyeru agar rakyat membantu alat pemerintah untuk memberantas semua pemberontakan dan mengembalikan pemerintahan yang sah di daerah. Madiun harus lekas di tangan kita kembali.”
Seruan Presiden Soekarno disambut oleh Menteri Hamengkubuwono yang disusul sambutan Menteri Soekiman dan Jenderal Soedirman yang membacakan surat keputusan pengangkatan Mayor Jenderal Soengkono sebagai panglima militer Jawa Timur. Tanggal 23 September 1948 Menteri Agama KH Masjkoer mengucapkan pidato radio yang tegas menyebutkan bahwa tindakan merebut kekuasaan bertentangan dengan agama dan sama seperti perbuatan permusuhan orang-orang yang pro Belanda. Dengan janji-janji palsu rakyat dipengaruhi, dibujuk, dihasut, dipaksa dan dijadikan tameng oleh PKI Moeso.
Pidato Menteri Agama KH Masjkoer yang menyatakan bahwa rakyat dipengaruhi, dibujuk, dihasut, dipaksa dan dijadikan tameng oleh PKI Moeso tidak mengada-ada. Itu bukti sewaktu pidato Presiden Soekarno dicetak sebagai selebaran yang disebarkan kepada penduduk melalui pesawat terbang. Seketika – usai membaca selebaran berisi pidato Presiden Soekarno – penduduk yang dipersenjatai oleh PKI beramai-ramai meletakkan senjata. Mereka duduk di trotoar jalan dalam keadaan bingung. Mereka terkejut dan bingung sewaktu sadar bahwa gerakan yang mereka lakukan itu ternyata ditujukan untuk melawan Presiden Soekarno. Mereka pun mulai bertanya-tanya tentang siapa sejatinya Moeso yang mengaku pemimpin rakyat itu.
Sejarah mencatat, bahwa antara tanggal 18 – 21 September 1948 gerakan makar FDR/PKI yang dilakukan dengan sangat cepat itu tidak bisa dimaknai lain kecuali sebagai pemberontakan. Sebab dalam tempo hanya tiga hari, FDR/PKI telah membunuh pejabat-pejabat negara baik sipil maupun militer, tokoh masyarakat, tokoh politik, tokoh pendidikan, bahkan tokoh agama. Dengan kekejaman khas kaum komunis – seperti kelak dipraktekkan lagi di Kampuchea selama rezim Pol Pot berkuasa — bagian terbesar dari mayat-mayat yang dibunuh dengan sangat kejam oleh FDR/PKI itu dimasukkan ke dalam sumur-sumur “neraka” secara tumpuk-menumpuk dan tumpang-tindih. Sebagian lagi di antara tawanan FDR/PKI ditembak di “Ladang Pembantaian” di Pabrik Gula Gorang-gareng maupun di Alas Tuwa.
2.2.5 KORBAN PKI MADIUN 1948
Setelah gerakan makar FDR/PKI berhasil ditumpas oleh TNI yang dibantu masyarakat, awal Januari tahun 1950 sumur-sumur “neraka” yang digunakan FDR/PKI mengubur korban-korban kekejaman mereka dibongkar oleh pemerintah. Berpuluh-puluh ribu masyarakat dari Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek berdatangan menyaksikan pembongkaran sumur-sumur “neraka”. Mereka bukan sekedar melihat peristiwa langka itu, kebanyakan mereka mencari anggota keluarganya yang diculik PKI.
Diantara sumur-sumur “neraka” yang dibongkar itu, informasinya diketahui justru berdasar pengakuan orang-orang PKI sendiri. Dalam proses pembongkaran sumur-sumur “neraka” itu terdapat tujuh lokasi ditambah dua lokasi pembantaian di Magetan, yaitu: 1. sumur “neraka” Desa Dijenan, Kec.Ngadirejo, Kab.Magetan; 2. Sumur “neraka” I Desa Soco, Kec.Bendo, Kab.Magetan; 3. Sumur “neraka” II Desa Soco, Kec.Bendo, Kab,Magetan; 4. Sumur “neraka” Desa Cigrok, Kec.Kenongomulyo, Kab.Magetan, 5. Sumur “neraka” Desa Pojok, Kec.Kawedanan, Kab.Magetan; 6. Sumur “neraka” Desa Batokan, Kec.Banjarejo, Kab.Magetan; 7. Sumur “neraka” Desa Bogem, Kec.Kawedanan, Kab.Magetan; dan dua lokasi killing fields yang digunakan FDR/PKI membantai musuh-musuhnya, yaitu ruang kantor dan halaman Pabrik Gula Gorang-gareng dan Alas Tuwa di dekat Desa Geni Langit di Magetan.
Fakta kekejaman FDR/PKI dalam gerakan pemberontakan tahun 1948 disaksikan puluhan ribu warga masyarakat yang menonton pembongkaran sumur-sumur “neraka” itu, yang setelah diidentifikasi diperoleh sejumlah nama pejabat pemerintahan sipil maupun TNI, ulama, tokoh Masjoemi, tokoh PNI, Polisi, Camat, Kepala Desa, bahkan Guru. Berikut daftar sebagian nama-nama korban kekejaman FDR/PKI tahun 1948 yang diperoleh dari pembongkaran sumur “neraka” Soco I dan sumur “neraka” Soco II, yang terletak di Desa Soco, Kec. Bendo, Kab.Magetan:
SUMUR “NERAKA” SOCO I: 1. Soehoed, camat Magetan; 2. R. Moerti, Kepala Pengadilan Magetan; 3. Mas Ngabehi Soedibyo, Bupati Magetan; 4. R. Soebianto; 5. R. Soekardono, Patih Magetan; 6. Soebirin; 7. Imam Hadi; 8. R. Joedo Koesoemo; 9. Soemardji; 10. Soetjipto; 11. Iskak; 12. Soelaiman; 13. Hadi Soewirjo; 14. Soedjak; 15. Soetedjo; 16. Soekadi; 17. Imam Soedjono; 18. Pamoedji; 19. Soerat Atim; 20. Hardjo Roedino; 21. Mahardjono; 22. Soerjawan; 23. Oemar Danoes; 24. Mochammad Samsoeri; 25. Soemono; 26. Karyadi; 27. Soerdradjat; 28. Bambang Joewono; 29. Soepaijo; 30. Marsaid; 31. Soebargi; 32. Soejadijo. 33. Ridwan; 34. Marto Ngoetomo; 35. Hadji Afandi; 36. Hadji Soewignjo; 37. Hadji Doelah; 38. Amat Is; 39. Hadji Soewignyo; 40. Sakidi; 41. Nyonya Sakidi; 42. Sarman; 43. Soemokidjan; 44. Irawan; 45. Soemarno; 46. Marni; 47. Kaslan; 48. Soetokarijo; 49. Kasan Redjo; 50. Soeparno; 51. Soekar; 52. Samidi; 53. Soebandi; 54. Raden Noto Amidjojo; 55. Soekoen; 56. Pangat B; 57. Soeparno; 58. Soetojo; 59. Sarman; 60. Moekiman; 61. Soekiman; 62. Pangat/Hardjo; 63. Sarkoen B; 64. Sarkoen A; 65. Kasan Diwirjo; 66. Moeanan; 67. Haroen; 68. Ismail. ada sekitar 40 mayat tidak dikenali karena bukan warga Magetan.
SUMUR “NERAKA” SOCO II: 1. R. Ismaiadi, Kepala Resort Polisi Magetan; 2. R.Doerjat, Inspektur Polisi Magetan; 3. Kasianto, anggota Polri; 4. Soebianto, anggota Polri; 5. Kholis, anggota Polri; 6. Soekir, anggota Polri; 7. Bamudji, Pembantu Sekretaris BTT; 8. Oemar Damos, Kepala Jawatan Penerangan Magetan; 9. Rofingi Tjiptomartono, Wedana Magetan; 10. Bani, APP. Upas; 11. Soemingan, APP.Upas; 12. Baidowi; 13. Naib Bendo; 14. Reso Siswojo; 15. Kusnandar, Guru; 16. Soejoedono, Adm PG Rejosari; 17. Kjai Imam Mursjid Muttaqin, Mursyid Tarikat Syattariyah Pesantren Takeran; 18. Kjai Zoebair; 19. Kjai Malik; 20. Kjai Noeroen; 21. Kjai Moch. Noor.”
Tindak kebiadaban FDR/PKI selama melakukan aksi makarnya tahun 1948 yang disaksikan puluhan ribu penduduk laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak yang menonton pengangkatan jenazah para korban dari sumur-sumur “neraka” yang tersebar di Magetan dan Madiun, adalah rekaman peristiwa yang tidak akan terlupakan. Peristiwa pembongkaran sumur-sumur “neraka” itu telah memunculkan asumsi abadi dalam ingatan bawah sadar masyarakat bahwa PKI memiliki hubungan erat dengan pembunuhan manusia yang dimasukkan ke dalam sumur “neraka”. Itu sebabnya, ketika tanggal 1 Oktober 1965 tersiar kabar para jenderal TNI AD diculik PKI dan kemudian ditemukan sudah menjadi mayat di dalam sumur “neraka” Lubang Buaya di dekat Halim, amarah masyarakat seketika meledak terhadap PKI, termasuk di lingkungan aktivis Gerakan Pemuda Ansor yang sejak 1964 membentuk Barisan Ansor Serbaguna (Banser) di berbagai daerah yang dilatih kemiliteran karena memenuhi keinginan Presiden Soekarno membentuk kekuatan sukarelawan untuk mengganyang Malaysia, di mana anggota Banser yang emosinya tak terkendali – terutama setelah tewasnya 155 orang anggota Ansor Banyuwangi yang dibunuh PKI – dimanfaatkan oleh pihak militer untuk bersama-sama menumpas kekuatan PKI yang telah membunuh para jenderal mereka.
2.3 UPAYA PENCEGAHAN DISENTEGRASI BANGSA
1.         Hukum di Indonesia harus tegas demi menjaga persatuan ( integrasi ), serta tidak menimbulkan perpecahan ( disintegrasi ) wilayah dan ideologi.
2.         Hukum di Indonesia harus berdasarkan Pancasila dan tidak untuk mementingkan golongan ataupun pribadi melainkan demi kepentingan negara.
3.         Keadilan harus dijunjung tinggi, tidak ada penyalahgunaan hukum ataupun penindasan.
4.         Toleransi antar agama, suku, dan ras harus ditingkatkan.
5.         Meningkatkan rasa nasionalisme.
6.         Upaya integrasi nasional harus dijalankan semaksimal mungkin dan dilakukan oleh setiap warga negara.








BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.  G-30 S/PKI merupakan perbuatan PKI dalam rangka usahanya untuk merebut dan memperluas kekuasaan di negara Republik Indonesia dengan memperalat oknum ABRI sebagai kekuatan fisiknya. Oleh karena itu, gerakan pemberontakan ini telah dipersiapkan jauh sebelumnya dan tidak terlepas dari tujuan PKI untuk membentuk negara komunis.
2.   Akibat dari gerakan ini, banyak korban-korban yang berjatuhan. Dari sekian banyak korban yang  terbunuh, terdapat tujuh orang Panglima Angkatan Darat, yakni Letjend A. Yani, Mayjend R.Soeprapto, Mayjend M.T Haryono, Mayjend S. Parman, Brigjend D.I Pandjahitan, Brigjend Soetojo Siswomihardjo, dan Letjend I P.A Tedean.
3.  Penumpasan G-30 S/PKI yang dipimpin oleh Pangkostrad Mayjen Soeharto dan kemudian beliau memerintahkanKolonelSarwo Edi Wibowodenganhasil :
a. Tanggal 1 Oktober 1965 berhasil menguasai kembali RRI Pusat dan gedung pusat Telekomunikasi.
b. Tanggal 2 Oktober 1965 menguasai lapangan udara Halim Perdana Kusuma yang dijadikan basis PKI.
c. Tanggal 3 Oktober 1965 pencarian jenasah para perwira AD yang diculik atas petunjuk dari seorang polisi (Sukiman) berhasil mengetahui tempat jenasahnya di sumur tua lubang buaya.
d. Tanggal 5 Oktober 1965 bertepatandengan HUT ABRI dilaksanakan pemakaman jenasah ditaman makam Pahlawan Kali bata Jakarta.
4.   Kegagalan G-30 S/PKI, berarti bahwa pemerintahan Orde Lama. Dan pada tanggal 1 Oktober 1965 menjadi awal proses peralihan dari pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru, yaitu orde atau tatanan yang secara murni dan konsekuen. Mulainya Orde Baru ditadai dengan Surat Perintah sebelas Maret 1966 (Supersemar) dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan-tindakan yang perlu demi keamanan bangsa dan negara. Berdasarkan pada Supersemar tersebut, tanggal 12 Maret 1966, Soeharo membubarkan PKI dengan segenap organisasi massa dan organisasi politiknya.
         
3.2 SARAN
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan beberapa langkah sebagai berikut :
a)              Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaandari setiap warga negara atas kemejemukan dengan segala perbedaannya.
b)              Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi, dalam membuat aturan atau kebijakan haruslah dapat memenuhi ke terwakilan semua elemen masyarakat sebagai warganegara.
c)              Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semuaaturan dan tatanan yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah sepertihalnya setiap prajurit yang akan menjadi anggota TNI dan tata carapenyumpahan diatur dengan Undang-undang
























DAFTAR PUSTAKA
Alex Dinuth "Dokumen Terpilih Sekitar G30S/PKI" Intermasa, Jakarta 1997 ISBN 979-8960-34-3
Setiyono, Budi; "REVOLUSI BELUM SELESAI: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno 30 September 1965"; Nawaksara, Jakarta; 2003
Soekarno, PKI & Malaysia di DetikForum                             
Buku Paket Sejarah Indonesia kelas 12 kurikulum 13
Center for Information Analysis. 2004. Gerakan 30 September : Antara Fakta dan Rekayasa, Berdasarkan Kesaksian Para Pelaku Sejarah, Yogyakarta, Media Pressindo.
Ong Hok Ham, Refleksi tentang Peristiwa G 30 S ( Gestok) 1965 dan Akibat- Akibatnya, OSS, 1943, Japanese Infiltration Among The Muslims Throughout The World, E-Asia University of Oregon Libraries.

0 komentar:

Posting Komentar